Penyakit herpes simpleks yang paling umum dan banyak orang yang terdiagnosis sejak masa kecil disebabkan oleh Virus penyakit herpes simpleks tipe 1 (HSV-1), biasanya terkain dengan infeksi pada bibir, mulut, wajah. Virus herpes simpleks tipe 1 ini sering menyebabkan luka (lesi) di dalam mulut, seperti luka dingin (lepuh demam), atau infeksi mata (terutama konjungtiva dan kornea). Hal ini juga dapat menyebabkan infeksi pada selaput otak (meningoencephalitis). Virus herpes simpleks ditularkan melalui kontak dengan air liur yang terinfeksi. Pada orng dewasa 30 – 90% akan memiliki antibodi terhadap virus penyakit herpes simpleks 1. Kemungkinan infeksi masa kanak-kanak lebih tinggi di antara mereka yang dengan status sosial ekonomi rendah. Pada virus penyakit herpes simpleks 2 (HSV-2) biasanya menular seksual. Gejala termasuk ulkus kelamin atau luka. Namun, beberapa orang dengan HSV-2 tidak memiliki gejala. Sampai dengan 30% orang dewasa di
Penyakit herpes simpleks dapat menginfeksi dan menyebabkan kelainan janin. Seorang ibu yang terinfeksi penyakit herpes simpleks dapat menularkan virus ke bayinya saat melahirkan vagina, terutama jika ibu memiliki infeksi aktif pada saat hamil. Namun, 60 – 80% dari infeksi penyakit herpes simpleks diperoleh bayi baru lahir terjadi pada wanita yang TIDAK memiliki gejala infeksi HSV atau riwayat infeksi HSV genital. Dua pertiga orang dengan infeksi herpes simpleks genital kambuh dengan beberapa gejala mereka, dan sepertiga memiliki tiga atau lebih recurrences (wabah) tiap tahun.

Virus herpes simpleks jika sudah menginfeksi seseorang tidak akan pernah dihilangkan dari tubuh, namun tetap aktif dan ketika telah pasif dapat aktif kembali kemudian menyebabkan berbagai gejala.
Gejala penyakit herpes simpleks
Gejala-gejala herpes simpleks diantaranya lecet atau borok (paling sering di bibir mulut, dan gusi, atau alat kelamin), pembesaran kelenjar getah bening di leher atau selangkangan (biasanya hanya pada saat infeksi awal), demam lepuh (terutama pada episode pertama), lesi genital (mungkin akan ada sensasi terbakar atau kesemutan), luka pada mulut, dan lain-lain.
Sering kali dokter dapat mengetahui apakah seseorang menderita penyakit herpes simpleks hanya dengan melihat luka. Namun, tes tertentu mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis, misalnya tes darah untuk antibodi (serologi) atau fluorescent antibody (DFA) yang diuji dari sel-sel lesi.